Surabaya,LP(4/3) – Pemerintah siap membantu agar Dangdut diakui UNESCO sebagai milik dan karya asli Indonesia. “Kami sangat setuju dengan usulan dangdut warisan budaya Indonesia ke UNESCO. Segala bentuk persyaratan yang sudah ditentukan harus dipenuhi. Pemerintah siap mendampingi,” ujar Menko Kesra Agung Laksono, disela pembukaan Musyawarah Nasional Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia (PAMMI) di Surabaya, Sabtu (3/3). Menurut dia, UNESCO merupakan lembaga internasional yang memiliki aturan yang jelas sehingga usulan tersebut harus disiapkan dengan baik. Pihaknya optimis karena musik dangdut dinilai adalah satu-satunya kesenian asal Indonesia yang tidak dimiliki bangsa lain. Para insan musik dangdut lanjut dia, disarankan agar segera melakukan konsultasi kepada pihak terkait, yakni Kementerian Kebudayaan, Kemenpora serta Kemenkesra.
“Sebagai penguatan eksistensi maka musik ini harus diakui dunia. Tidak hanya berdampak bagi pelaku, namun bangsa Indonesia juga merasakan dampak positifnya, antara lain dari unsur perekonomian maupun perdagangan,” kata mantan Ketua DPR RI ini.
JIHAD LEWAT MUSIK (DANGDUT).
Sementara itu Raja Dangdut H Roma Irama, yang akrab dipanggil Bang Haji menegaskan bahwa jìhad lewat musik itu lebih efektif untuk mengubah perilaku manusia. Karena iu dirinya memadukan musik dengan dakwah. “Jihad lewat musik itu lebih efektif, karena idol (idoka) yang negatif akan melahirkan fans atau masyarakat yang negatif dan sebaliknya,” kata pendiri dan kelompok musik dangdut Soneta Grup, yang tetap eksis hingga saat ini setelah puluhan tahun berkreasi lewa musik dangdut itu, di Kampus Institut Agama Islam Negara (IAIN) Sunan Ampel, Surabaya.
Ia menyampaikan hal itu saat menyampaikan studium general bertajuk “Musik Sebagai Media Dakwah” serta mendeklarasikan Soneta Fans Club Indonesia (SFCI), Jawa Timur, yang diketuai H Surya Aka.
Pedangdut kelahiran Tasikmalaya, 11 Desember 1946 itu menyebut kesulitan non teknis juga ada dalam menyampaikan pesan moral (dakwah) lewat medium musik yang dilakukannya. Terlebih di era 1960, di mana musik itu identik dengan kemaksiatan. “Kalau ada seniman shalat, pasti dicemooh, karena seniman itu identik dengan meninggalkan shalat, minuman keras, pergaulan bebas dan kemaksiatan lainnya. Bahkan orkes gambus sekalipun ada yang tidak lepas dari mabuk,” ujar ayah dari Ridho Roma, yang juga seniman dangdut. Suatu kebanggaan tersendiri bagi Bang Haji, yang juga pelakon utama dari beberapa filmnya yang box office, saat dia diundang dan berbicara dalam Konferensi Kebudayaan Islam Internasional di Amerika Serikat, beberapa tahun lalu. (arn,ant)