Dearborn (LP) – Jean Younis berniat tak akan mengenakan topi khusus paskah di gereja, pada Minggu (8/4). Ia bahkan berniat untuk mengenakan jilbab, sebagai bentuk dukungannya terhadp keluargj Shaima Alawadi, imigran asal Irak yang meninggal karena dipukuli orang tak dikenal pada 24 Maret lalu. “Saya perlu merespon pembunuhan ini,” kata dia seperti dikutip thehuffington post.com Kamis (15/4). Younis adalah satu dari sekian banyak perempuan non Muslim yang mengirimkan foto diri mereka yang sedang mengenakan jilbab dalam akun jejaring sosial Facebook ‘Satujuta Jilbab untuk Shalma Alawandi,’ yang hingga saat ini, lebih dari 100 ribu pemilik akun Facebook berpartisipasi mendukung Shaima.
Shima, 32, melarikan diri dari Irak pada 1993, dan menetap di Dearborn, Michigan, AS. Selanjutnya ia dan suaminya bekerja untuk militer AS, dengan memberikan pelatihan budaya Irak di California. Para pendukung Shaima mencurigai kelompok anti Muslim ada dibalik perbuatan tesebut. Karena sampai sekarang pelakunya belum tertangkap.
“Saya seorang kristen yang taat. Saat paskah nanti saya akan menggunakan jilbab. Saya mungkin berbeda, tapi merasakan sama apa yang dirasakan keluarga Shaima,” imbuh Younis.
Di tempat terpisah, Judith Castro, seorang Katolik, juga bersimpati terhadap Shaima Alawadi. Ia merasakan begitu hangat saat menggunakan jilbab. Hal serupa juga dirasakan Lauralyn Welland Taylor. Menurutnya, mengenakan jilbab merupakan usaha menjembatani hubungan antar umat manusia. Posisi ini setara dengan adanya dialog antar umat beragama. “Jilbab merupakan tanda kerendahan hati, dan kini menjadi simbol universal dari solidaritas,” sebut Lauralyn. (karta rahayu ucu,rc)