Daik, (LINGGA POS) – Ditaja bersama pihak Focus Group Discussion, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lingga, menyelenggarakan musyawarah kebudayaan bertema Mewujudkan Kabupaten Lingga Sebagai Bunda Tanah Melayu, di Riri bangsa Melayu yang murni.
Menurut Elmustian, visi dan misi untuk mewujudkan Lingga sebagai negeri Bunda Tanah Melayu perlu diperjuangkan sebagai marwah negeri dan bukan hanya sebagai nama atau simbol semata. Utamanya dengan adanya penguatan dan proses percepatan serta adanya sinergitas dari visi tLingga, dengan peserta dari berbagai kalangan masyarakat Lingga, LSM, dan penggiat seni budaya Melayu Lingga.
Dari rumusan diskusi tersebut diharapkan agar budaya lokal Melayu Lingga Agar dapat dipatenkan, dan masuk dalam serta diakui oleh badan dunia seperti Memory of the World (MOW).
Aset seni dan budaya hasil cipta para seniman dan budayaan maupun dari kerajaan Lingga-Riau yang telah mendunia tersebut sangat perlu segera dijaga dan dilestarikan sebagai salah satu aset dari jati dta ingin juga merekonrtruksi sejarah untuk mengembalikan kebesaran sejarah di Lingga ini,” ungkap Elmustian.
Terlebih lagi, agar aset budaya lokal (asli dari Lingga dan wilayahnya) tidak beralih dan diakui oleh orang lain, baik dari dalam dan luar negeri. Karena itu perlu pemahaman semua pihak, agar iaerkait yang mencakup peninggalan masa lampau seperti rumah adat Melayu (Lingga), hasil kerajinan seperti Batik (pakaian adat), makanan, pernak pernik perhiasan, ukiran dan atau seni budaya lainnya.
Lingga, seperti telah diberi gelar Bunda Tanah Melayu, hendaknya menjadi sentra acuan peradaban bangsa-bangsa Melayu se-dunia yang diharapkan terwujud pada 2015. Kita ketahui, pada praktiknya jika kita berbicara tentamg Melayu, para pihak masih merujuk pada sebuah nama, Pulau Penyengat Indrasakti. “Kihan.
Studi terbaru yang dilakukan peneliti dari Beth Israel Deaconess Medical Center (BIDMC) di Boston, Amerika, menemukan bahwa minum kopi secara teratur dengan jumlah yang moderat dapat memotong peluang terjadinya kerusakan jantung. Sebaliknya, dalam jumlah yang terlalu banyak mengkonsumsi kopi justrnya tidak tercampur baur dengan hasil budaya lain dan tergerus oleh kondisi zaman yang serba instan dewasa ini. Padahal jelas, aset budaya tersebut adalah merupakan karya dan hasil cipta seni budaya bangsa Melayu Lingga. (syk)