Jakarta, (LINGGA POS) -Perkembangan pesat teknologi membuat penyebaran informasi semakin cepat, khususnya melalui jejaring sosial di dunia maya. Namun, mudahnya penyebaran informasi itu terkadang membawa dampak negatif, terutama ketika informasi itu tidak benar. Tak jarang, beredarnya informasi sesat itu bernada provokasi yang bisa menimbulkan konflik horizontal seperti banyak terjadi di berbagai daerah. Kekerasan hingga kerusuhan pun tak urung terjadi.
Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono juga melihat permasalahan itu. Presiden menginstruksikan kepada kepala daerah (gubernur, bupati/walikota) hingga jajaran dibawahnya serta kapolda, kapolres dan jajarannya agar aktif di jejaring sosial. Instruksi itu disampaikan saat memberikan pengarahan kepada kepala-kepala daerah, kapolda, kapolres, panglima kodim, komandan korem seluruh Indonesia di Hotel Sahid, Jakarta, Jumat (30/11) yang juga dihadiri Wakil Presiden Boediono dan jajaran KIB II.
“Sekarang era media sosial, masuklah disitu. Jangan dibiarkan berita yang tidak benar, menghasut, memprovokasi dan tidak akurat. Segera masuk. Luruskan dan didik rakyat kita agar tidak timbulkan keonaran,” kata Presiden. Dia juga meminta agar kepala daerah serta pimpinan aparat keamanan seluruh Indonesia selalu berkomunikasi dengan wartawan, khususnya ketika konflik terjadi. Komunikasi yang baik dengan media, kata Presiden, dapat mencegah keadaan semakin parah akibat pemberitaan yang tidak benar. “Pers pun punya kode etik, sayang kepada bangsa dan negaranya. (Jangan membuat) pemberitaan tidak tepat, membikin makin keras, makin berdarah,” ujar Presiden.
Tiga Isu Krusial Bangsa.
Dalam pengarahannya Presiden mengatakan terdapat tiga isu krusial di tanah air, yakni perburuhan, sengketa lahan, dan konflik komunal atau horizontal yang bisa mengganggu keamanan dan iklin investasi, jika tidak dikelola dengan baik. “Hendaknya ini menjadi perhatian kita semua, baik pemerintah pusat maupun di daerah,” kata Presiden. (k, bs)