Jakarta, (LINGGA POS) – Apa jadinya jika es di Kutub Utara mencair? Permukaan air laut pasti akan naik dan itu sangat berdampak pada Indonesia. Lebih dari 17.000 pulau di Nusantara ini terancam tenggelam. Fenomena global seperti perubahan iklim akan membuat Indonesia semakin panas. Hal itu akan berimbas pada Kutub Utara, dan es di daerah tersebut bisa ikut mencair. “Indonesia sangat terpengaruh pada perubahan cuaca. Jika es di Kutub Utara mencair akan membuat sebagian pulan kita mengecil, dan sebagian lagi tenggelam. Belum lagi berbagai dampak lainnya,” kata Teguh Rahardjo, Staf Ahli Bidang Teknologi Hankam, Kementerian Riset dan Teknologi, di Jakarta, Senin (2/9). Untuk mengatasi dan mengetahui dampak tersebut Konferensit tentang Aplikasi Teknologi Antariksa untuk Perubahan Iklim (United Nations/Indonesia International Conference on Integrated Space Technology Applications to Climate Change).
Konferensi yang diselenggarakan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan Badan PBB yang mengurusi keantariksaan (United Nations Office for Outer Space Affair/UNOOSA) ini, diikuti 30 negara-negara PBB, berlangsung 2-4 September di Hotel Borobudur, Jakarta. Hadir pada acara ini para pakar bidang teknologi antariksa dan perubahan iklim dari berbagai negara. Juan Carlos Villagran dari UNOOSA membenarkan jika Indonesia adalah negara yang paling berdampak pada perubahan iklim. Pulau-pulau yang dimiliki Indonesia bisa terancam. Meski pun Indonesia memiliki teknologi antariksa, namun tetap butuh dukungan dari negara lain. “Kita bisa belajar, berdiskusi mengenai cara mengantisipasi dampak perubahan iklim dalam menggunakan teknologi antariksa, khususnya teknologi penginderaan jauh. Apalagi, kita belum punya satelit khususnya meteorologi. Karenanya perlu kerjasama dengan negara-negara maju,” kata Orbita Roswintiarti, Kepala Pusat Teknologi Penginderaan Jauh Lapan.
Sementara, Bambang Tejasukmana, Kepala Lapan, menambahkan peran teknologi antariksa sangau pesat dalam mengobservasi variabel-variabel perubahan iklim. Diantaranya kenaikan muka air laut, tren deforestasi atau emisi karbon dan parameter lainnya yang sulit dilakukan dengan pengamatan langsung. “Teknologi antariksa akan menempatkan beberapa satelit untuk memantau. Bidang pertanian memang yang paling berpengaruh karena sangat sensitif dan tergantung pada cuaca,” ujarnya. Dia menuturkan, dari konferensi ini diharapkan semuanya mendapatkan ilmu-ilmu baru, terkait dengan antisipasi perubahan iklim global. (rs/k24)