Jakarta, (LINGGA POS) – INDIKATOR. Setidaknya terdapat 40 indikator penilaian yang dilakukan oleh Global Firepower dalam menilai kekuatan atau default militer suatu negara seperti misalnya untuk persenjataan darat, dihitung berapa jumlah tank, meriam, hingga truk pengangkut perbekalan. Untuk Angkatan Laut (AL), berapa jumlah kapal perusak, kapal induk, kapal selam, dan di udara jumlah jet tempur, helikopter dan serta sarana pendukung airport (lapangan pendaratan). Tak cuma itu, Global Firepower juga memperhitungkan jumlah penduduk, luas negara, produksi minyak, hingga jumlah airport, jaringan rel kereta api dan juga pelabuhan laut.
AMERIKA PERINGKAT 1. Dalam rilis Global Firepower tersebut, negara adi daya Amerika Serikat menempati peringkat pertama sebagai negara yang mempunyai kekuatan militer terbesar di dunia. Disusul Rusia di peringkat 2 dan Cina di posisi ke-3.
INDONESIA TERKUAT DI ASTENG. Kekuatan militer Indonesia sejak Juni 2013 berada di peringkat ke-15 dunia. Ternyata, untuk dikawasan Pasifik Indonesia tercatat sebagai terkuat peringkat 7, artinya melampaui Malaysia (33) dan Singapura (47). Dan, untuk kawasan regional di Asia Tenggara, militer Indonesia adalah negara dengan kemampuan militer terkuat. Diperingkat 15 besar lainnya adalah Turki (11) disusul Pakistan (12), Israel (13) dan negara yang sedang bergolak di Timur Tengah saat ini, Mesir diperingkat 14.
MESTINYA LEBIH KUAT. Penambahan sejumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia yang dibeli oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI, dewasa ini membuat Tentara Nasional Republik Indonesia (TNI) mulai bergigi baik di darat (TNI AD), di laut (TNI AL) dan di udara (TNI AU). “Kita sendiri sangat merasakan hal itu di forum internasional. Saya baru pulang dari ASEAN Plus 8 di Brunei Darussalam. 10 menteri pemerintahan ASEAN berkumpul dengan 8 menteri yang lain. Kita memiliki peranan yang cukup besar di kawasan Pasifik,”kata Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro kepada pers. jumat (30/8). Idealnya, tambah Wakil Ketua Komisi I DPR RI TB Hasanuddin, TNI harusnya jauh lebih kuat dari sekarang. Sebab saat ini baru sekitar 30 persen saja kebutuhan minimum pertahanan nasional yang tersedia. Tentu, memperkuat alutsista memerlukan biaya yang sangat besar. Pada 2013 ini pemerintah telah menggelontorkan dana sebesar Rp 25 triliun, dan selama 5 tahun (hingga 2014) sekitar Rp 150 triliun dianggarkan untuk alutsista dan pembangunan industri pertahanan Indonesia. (kap,rin,nis/pi)