Jakarta (LINGGA POS) – Pemerintah melalui Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan (DGTJJK) telah memilih dan menetapkan tiga tokoh sebagai Pahlawan Nasional. Ke-3 tokoh, dari sedikitnya 10 tokoh yang diusulkan dari berbagai daerah, termasuk Kepri tersebut adalah, Letjen TNI (Purn) T.B. (Tahi Bonar) Simatupang dari Sumatera Utara, L.N. (Lambertus Nicodemus) Palar dari Sulawesi Utara, dan KRT (Kanjeng Raden Tumenggung) Radjiman Wedyodiningkrat dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemberian gelar kepada ke-3 tokoh tersebut berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) RI Nomor 68/TK/2013 tanggal 6 November 2013. Sedangkan seremonial penganugerahan gelar kepada ahli waris para tokoh itu dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Jumat (8/11). “Ketiga tokoh tersebut ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional dari delapan usulan calon Pahlawan Nasional berdasarkan usulan dari daerah asal ketiga tokoh tersebut, kemudian dibahas oleh Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TPPGP) di Kementerian Sosial yang selanjutnya setelah melalui pengkajian secara mendalam lalu mengusulkan kepada presiden melalui DGTJJK yang dikoordinasikan oleh Menkopolhukum,”kata Dirjen Pemberdayaan Sosial Penanggulangan Kementerian Sosial, Hartono Laras. Dijelaskannya, adanya penganugerahan gelar Pahlawan Nasional itu sempena memperingati Hari Pahlawan 10 November.
KILAS TOKOH.
T.B. Simatupang lahir di Sidikalang, Sumatera Utara pada tanggal 28 Januari 1920, adalah salah satu dari dua tokoh militer yang hadir dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda pada 1949. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Staf Panglima Besar Jenderal Soedirman serta ikut bergrilia. Pada 1950-1954 ia menjabat Kepala Staf Angkatan Perang RI. L.N. Palar adalah seorang diplomat RI yang berjasa dalam mendesak Dewan Keamanan PBB pada 1947 untuk memerintahkan Belanda melakukan gencatan senjata dengan RI dan berhasil pula menyakinkan perwakilan bangsa-bangsa di PBB ikhwal eksistensi bangsa dan negara RI pada masa itu. Palar lahir di Runukan, Tomohon, Sulawesi Utara, pada 5 Juni 1900. KRT Radjiman Wedyoningkrat, lahir di Yogyakarta pada 21 April 1879. Ia adalah salah satu tokoh pendiri RI dan dianggap berjasa dalam menengahi perbedaan pendapat diantara anggota Badan Penyelidikan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dimana ketika itu dia menjabat sebagai ketuanya termasuk tentang dasar negara dan penyampaian ide-ide kemerdekaan RI. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Perkumpulan Budi Oetomo periode 1915-1923.
KEPRI HARUS BERSABAR.
Sementara itu, masyarakat Kepri harus bersabar atas usulan yang sama kepada Presiden RI setidaknya pada tahun ini. Harapan agar Sultan Mahmud Riayat Syah (SMRS) agar mendapatkan gelar Pahlawan Nasional belum dikabulkan presiden. Kepala Dinas Sosial Pemprov Kepri, Edi Rofiano mengatakan, sebelumnya semua persyaratan baik administrasi, syarat teknis dan atau peninjauan langsung oleh tim terkait sudah dilakukan dan dokumen pengajuan langsung diserahkan oleh Gubernur Kepri H.M. Sani kepada Menteri Sosial di Jakarta. “Kita juga menyambangi Direktur dan Dirjen yang menangani pengusulan gelar Pahlawan Nasional ini, namun sesuai Keppres, hanya tiga tokoh yang mendapatkan anugerah gelar sebagai Pahlawan Nasional. Jadi kita harus bersabar dulu,” tampiknya. “Namun, kita akan terus berupaya semampunya memperjuangkan hingga tokoh dari Kepri, SMRS mendapat gelar Pahlawan Nasional,” tambahnya.
HANYA 12 PAHLAWAN NASIONAL WANITA.
Hingga saat ini jumlah penerima gelar sebagai Pahlawan Nasional dari berbagai daerah di Indonesia seluruhnya 156 orang, dimana 32 orang diantaranya adalah dari kalangan militer (TNI dan Polri) dan hanya 12 orang saja para Pahlawan Nasional tersebut dari kaum wanita (di bawah 10 persen). Beberapa nama dari Pahlawan Nasional wanita itu, misalnya R.A. Kartini, Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Martha Christina Tiahahu, Maria Walanda Maramis, Johanna Masdani, Malahayati, Nyi Ageng Serang, Siti Manggopoh, Utami Roesli dan Hj. Rasuna Said. (jk,arn,lc,tp)