Daik (LINGGA POS) – Banyaknya benda cagar budaya (BCB) di Kabupaten Lingga perlu mendapatkan perhatian dan penjagaan. Pasalnya, benda-benda bersejarah ini rawan dicuri pihak yang tak bertanggung jawab. Sebagai contoh, sudah ada pencurian tiga buah nisan Makam Cik Intan di Pulau Lima, Kecamatan Selayar beberapa waktu lalu. Padahal lokasi ini telah ditetapkan sebagai BCB oleh Pemkab Lingga. Pulau Lima yang berada di selat antara Pulau Selayar dan Pulau Lingga memang terpisah dan merupakan pulau kosong. Lokasi bersejarah sejak zaman Kesultanan Lingga ini kerap dikunjungi penziarah dan pengunjung umum sehingga potensi penjarahan di sana tinggi.
Mukhtar, penjaga situs mengungkapkan, sejak ia bekerja di lokasi tersebut telah terjadi beberapa aksi penjarahan terhadap situs makam. Terbaru, penjarah membawa kabur tiga buah nisan makam. “Tiga buah nisan sempat hilang. Sekarang baru satu yang ditemukan. Dua lagi yang belum kita temukan,”ungkapnya. Menurut Mukhtar, hilangnya nisan dengan berat lebih dari 30 kilogram (Kg) itu tak terlepas dari cerita sejarah serta kisah mistis di Makam Cik Intan. Selain memang batu nisan makam tersebut bentuknya unik dan diyakini keramat serta memiliki tuah. Bahkan Pulau Lima ini dijuluki Mekak Kecil karena dikenal keramat dan suci. Selain itu menurut dia, aksi penjarahan tersebut terjadi karena minimnya pengawasan di situs sejarah. Sebelumnya juga terjadi pencurian satu batu nisan berbentuk intan. Namun, beruntung berhasil ditemukan. “Saya juga sudah ingatkan kepada anak saya, kalau ada pompong yang datang di Pulau Lima tolong diperhatikan,” katanya. Dia mengaku selalu membersihkan kawasan makam dan sekitarnya setiap dua sampai tiga kali sebulan dibantu anak dan isterinya. Menurut Mukhtar dia memiliki garis keturunan dengan Cik Inta dan para leluhur yang dahulunya bermaustin di Pulau Lima. “Dulu kata orang-orang tua ada masjid di sini. Makanya disebut Mekah Kecil. Keturunan kami berasak dari sana dahulunya. Banyak juga barang-barang peninggalan dan perkakas pengantin seperti piring. Namun, sekarang sudah tak ada,” akunya.
Mukhtar berharap, Pemkab Lingga memberikan perhatian terhadap keberadaan situs BCB dan Pulau Lima umumnya karena bagaimanapun tak bisa dipisahkan dari sejarah masa lampau di negeri Bunda Tanah Melayu ini.
Selain pengawasan, diharapkan Pemkab Lingga dapat menyediakan sarana transportasi serta sarana pendukung lainnya sehingga dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata sejarah unggulan di Lingga. Saat ini sepertinya terkesan dibiarkan dan tidak dikeloka dengan baik. “Lihatlah, bahkan belum ada papan nama dan informasi. Kemarin rencananya mau dibersiikan dulu. Tapi hingga saat ini masih belum dibuat juga,” katanya. (bp)
View Comments (1)
tak gune lah hilang pon