Daik (LINGGA POS) – Direktur Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kabupaten Lingga, Hendrizal S. Gunadi menyatakan pihaknya bekerja sama dengan para petani sagu untuk membangun industri pengolahan sagu menjadi mi sohun. “Program ini dilaksanakan guna meningkatkan pendapatan daerah daerah dari hasil produksi sagu karena sagu (mentah) yang dijual saat ini harga jualnya rendah atau hanya Rp2 ribu per kilogram,” kata Hendrizal di Daik, Jumat lalu. Jika telah diolah menjadi mi sohun harganya di pasaran sekitar Rp7 ribu per kilogram dan tentu akan berdampak pada penambahan pendapatan petani sagu di Lingga. “Kita akan melakukan kerjasama dengan para petani sagu untuk mengolah sagu menjadi mi sohun tersebut,” tambahnya.
Menurut dia, dari data Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)Pemprov Kepri, kebutuhan sagu untuk Kepri setiap bulannya sekitar 25 ton. Lingga saat ini adalah sebagai pemasok sagu terbesar di Kepri. Sagu-sagu itu utamanya berasal dari desa-desa Pekaka, Keton, Sungaipinang, dan Kudung. “Jadi untuk bahan bakunya kita tidak khawatir karena produksi sagu di Lingga cukup tinggi,” imbuhnya.
DANA PERAWATAN RP100 MILIAR.
Sementara itu pihak Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) Kepri akan merealisasikan dana untuk rehabilitasi dan atau perawatan kebun sagu seluas 100 Ha yang tersebar di Lingga. PPTK Rehabilitasi Lahan Sagu Lingga, Darikun seperti dikutip Tribun Batam (28/9) mengatakan untuk pengembangan kebun sagu itu pemerintah melalui Distanhut Lingga akan membantu petani sagu dalam hal perawatan dan budi daya tanaman sagu. Pemerintah memberi bantuan dalam tiga tahapan, yakni pembersihan, penjarangan dan penyisipan anak sagu. “Ada sepuluh desa yang mendapat bantuan, dimana setiap desa dengan luas 10 Ha atau 1 Ha per Kepala Keluarga (KK) yang memiliki lahan sagu,” terang Darikun. (syk,bp,tb)