(LINGGA POS) – Dalam Al-Quran banyak terdapat sumpah Allah SWT yang menggunakan kata terkai dengan waktu seperti demi waktu fajar, demi waktu subuh, demi waktu dhuha, demi waktu malam, dan kalimat tegas lainnya dengan kata ‘demi waktu’. Ayat-ayat sumpah seperti itu menunjukkan bahwa betapa waktu merupakan hal penting dan menentukan sukses atau gagalnya, bahagia atau menderitanya seseorang. Tidak menghargai waktu dan membiarkan saja waktu berlalu tanpa ada kegiatan yang bermakna, adalah ‘penghinaan’ akan nilai-nilai waktu itu sendiri. Immanuel Kant dan Frichop Copra menyebutkan waktu adalah konstruksi mental dan sebagai substansi yang independen seperti yang dianut Isac Newton, dan sebagai hubungan antar berbagai hal sebagaimana pula yang difahami oleh Albert Einstein dan Leibniz. Jelas, waktu adalah rentang masa yang telah Allah SWT berikan untuk suatu kehidupan.
Rasulullah bersabda, “Dua keberkahan yang sering kali manusia lalai untuk menggunakannya yaitu kesehatan dan keluangan waktu,” (Imam Bukhari). Waktu tidak mengenal istilah berputar kembali. Karena itulah maka Iman al-Ghazali menyebutnya sebagai sesuatu yang paling jauh dalam kehidupan manusia. Waktu yang akan datang tidak bisa dikejar sementara waktu yang telah terlewati mustahil untuk didatangi kembali. Waktu adalah hibah (pemberian) dari Allah SWT kepada setiap manusia dan makhluk-makhluk-Nya.
Untuk mencapai kemajuan sehingga waktu dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat, bernilai dan berguna baik bagi diri kita sendiri dan orang lain atau sesama makhluk yang ada di muka bumi ini maka kita hendaknya ‘menghargai’ waktu. Umat muslim harus punya planning and time management (rencana dan manajemen waktu), memiliki agenda-agenda to do list (daftar yang harus dilakukan) dan juga not to do list (daftar hal yang tidak boleh dilakukan). “Demi waktu. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan, serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran”. (Al-Ash : 103). (arn,ic)