(LINGGA POS) – PAPARAN PARA AHLI. Ternyata dengan berpuasa akan melatih seseorang hidup teratur, disiplin, dan tentu saja mencegah kelebihan makanan. Karena makanan terkait erat dengan metabolisme tubuh, maka berpuasa juga menyehatkan tubuh. Hasil riset para ahli bahkan membuktikan berpuasa menyehatkan otak. Ikajan puasa dengan kesehatan otak maupun tubuh manusia diuraikan oleh pakar neurosains Profesor dr Taruna Ikrar MD MPharma PhD, dalam bukunya ’60 Fakta Kesehatan Mutakhir’ terbitan Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin (Unhas) Jabodetabek dan diluncurkan di Auditorium BPPT, Jakarta, Rabu (1/6) lalu.
Manfaat puasa bagi fungsi dan kesehatan otak menurut Taruna, dapat dijelaskan secara ilmiah. Dari penelitian plastisitas dan neurogenesir (kelenturan dan perkembangan otak), pada dasarnya sinapsis (jaringan otak) dapat berkurang berdasarkan faktor lingkungan kejiwaan, dan makanan yang dikosumsi. “Dengan puasa sebulan penuh, berdasarkan plastisitas, neurogenesis dan fungsional kompensasi, jaringan otak diperbarui,” papar Taruna, alumnus Fakultas Kedokteran Unhas yang saat ini sebagai peneliti dan staf akademik pada Fakultas Kedokteran Universitas California, Amerika Serikat. Dengan terbentuknxa rute jaringan otak, lanjutnya, yang berarti terbentuk pula pribadi manusia baru secara biologis, psikologis dan fungsional.
“Saat berpuasa, ada fase istirahat setelah fase pencernaan normal (6 – 8 jam). Pada fase itu terjadi degradasi lemak dan glukosa darah. Terjadi pula peningkatn high density lipoprotein (HDL) dan apoprotein alfa 1 serta penurunan low density lipoprotein (LDL),” tambahnya. Hal tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah karena HDL berefek baik bagi kardiovaskular, sedangkan LDL berefek negatif bagi pembuluh darah. Penelitian endokrinologi menunjukkan pola makan yang rotatif saat berpuasa menyebabkan keluarnya hormon sistem pencernaan seperti amilase dan insulin dalam jumlah besar sehingga meningkatkan kualitas tubuh dan kesehatan tubuh. Secara biologis, orang yang berpuasa menahan lapar dan dahaga selama sekitar 14 jam. Selama itu pula tubuh mengalami proses metabolisme selama sekitar 8 jam.
Rinciannya, 4 jam makanan disiapkan dengan keasaman tertentu dibantu asam lambung yang dikirim ke usus. 4 jam kemudian, makanan diubah menjadi sari-sari makanan di usus kecil, lalu diserap pembuluh darah dan dikirim ke seluruh tubuh. Adapun sisa waktu 6 jam, adalah waktu ideal bagi sistem pencernaan untuk istirahat. Secara psikologis, ketenangan dan pengendalian emosi saat berpuasa menurunkan adrenalin.
“Adrenalin memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah arterial, serta menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung,” papar Taruna. Adrenalin, lanjutnya, menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah. Itu semua meningkatkan risiko penyakit pembuluh darah, jantung dan otak, seperti jantung koroner dan stroke. Profesor Taruna juga telah menulis buku ‘Ilmu Neurosains Modern’ dan ‘Mutiara Pengetahuan Kedokteran Modern’. (tn)