Jakarta, LINGGA POS – Cadangan minyak di perut bumi Indonesia jika tanpa ada eksplorasi baru, diprediksi akan habis paling lambat dalam 12 hingga 15 tahun lagi. Sementara perkembangan energi non-fosil di Tanah Air dinilai masih minim. Tambahan lagi dengan terus naiknya tingkat kosumsi minyak nasional, dimana angkanya saat ini sudah mencapai 1,6 juta barrel per hari (BPH).
Tercatat, produksi minyak Indonesia saat ini hanya sebesar 600 ribu BPH – 800 ribu BPH. Ketidakseimbangan antara produksi minyak yang terus turun dengan kosumsi dalam negeri yang terus naik, membuat impor tidak bisa terelakkan.
Diprediksi, angka impor minyak akan terus membengkak dari tahun ke tahun hingga mencapai 1 juta BPH – 2 juta BPH pada periode 2020-2025. “Jelas ini sangat mengkhawatirkan. Apalagi pemerintah belum juga menunjukkan keseriusan untuk mengembangkan energi di luar minyak bumi,” ungkap pengamat energi dan juga Direktur Indonesian Resources Studies, Marwan Batubara, dirilis dari Kompas.com, Kamis kemarin. Padahal, memurut dia, potensi besar untuk mengembangkan industri gas, energi geotermal atau panas bumi untuk listrik dan bioetanol untuk bahan bakar sangat diperlukan. Indonesia diyakini akan terus tergantung dengan impor minyak bila tidak ada keseriusan mengembangkan energi baru terbarukan. Akibatnya, devisa negara akan terus terkuras hanya untuk impor minyak. Kenaikan harga minyak dunia ke angka 80 dollar Amerika Serikat per barrel seperti beberapa tahun silam, masih menjadi bayang-bayang. (ph/kc)