Daik, LINGGA POS – Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lingga M. Ishak mengatakan kegiatan prosesi tradisi budaya Mandi Safar di Lingga, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya akan dipusatkan di Reflika Istana Damnah, Daik dan Pemandian Lubuk Papan di lokasi yang sama. Adapun prosesi kegiatan Mandi Safar tahun ini juga akan dimeriahkan dengan pawai keliling Kota Daik dan sekitarnya dengan menggunakan kendaraan hias dengan membawa anak-anak yang akan dimandisafarkan. “Pawai kendaraan hias akan digelar hari Rabu (7/11) sekitar pukul 08.00 WIB. Pelepasanmya dimulai dari Masjid Jami’ Sultan Lingga,” ujar Ishak yang juga selaku Ketua LAM Lingga. DITETAPKAN SEBAGAI WDTB INDONESIA. Lanjut dia, kegiatan tradisi Mandi Safar tahun ini akan digelar lebih meriah sembari memanjatkan doa selamat dan rasa syukur menyusul ditetapkannya tradisi Mandi Safar ini sebagai Warisan Budaya tak Benda (WBTB) Indonesia Tahun 2018 oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Tidak itu saja, tradisi budaya Melayu lainnya seperti Bubur Lambok, Ratib Saman, Tepung Tawar dan Silat Pengantin juga diakui sebagai WBTB Indonesia. Dia berharap selain sebagai upaya untuk melestarikan budaya dan adat istiadat Melayu, kegiatan seperti Mandi Safar yang digelar setiap tahun ini juga dapat mendukung pengembangan pariwisata di Lingga khususnya. Seperti diketahui tradisi Mandi Safar ini sejatinya sebagai ritual tolak bala dengan mandi langsung di sungai sebagai simbol membersihkan diri sekaligus harapan agar diri — jiwa dan raga — bersih dan terhindar dari hal-hal yang kurang baik serta senantiasa menjalin tali silaturahmi masyarakat tempatan. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu pertama di bulan Safar (Hiriah)dengan dipimpin oleh seorang tokoh adat. Konon, di Lingga sebagai negeri Bunda Tanah Melayu kegiatan Mandi Safar ini sudah dilaksanakan sejak zaman Sultan Riau Lingga yakni Sultan Abdurrahman Muazzamsyah (1883-1911).(aqsa r)