Mepar, LINGGA POS – Pulau Mepar di Daik, Lingga merupakan pintu masuk ke Kabupaten Lingga. Ianya adalah pulau yang kaya sejarah dan budaya Melayu dan masih terjaga hingga saat ini. Misalnya saja cagar budaya seperti benteng pertahanan yang dibangun di masa Kesultanan Lingga-Riau-Johor-Pahang dimana dari catatan sejarah Lingga sejatinya merupakan pusat tamaddun yang sudah ada sejak 113 tahun lalu yang menjadi pusat pemerintahan para Sultan Melayu di Daik Lingga secara keseluruhan.
Demikian dipaparkan oleh Bupati Lingga M. Nizar saat menghadiri acara pengukuhan pengurus Lembaga Adat Melayu (LAM) Desa Mepar, Sabtu (29/1-2022). “Sejak tahun 1787 sampai tahun 1900-an sudah menjadi pusat pemerintahan. Bahkan pada tahun 1900-an — menjelang penghapusan Kesultanan Belanda, pusat pemerintahan kemudian dipindahkan ke Pulau Penyengat,” kata Nizar. Lanjutnya peran penting Pulau Mepar tentu tak lepas dari catatan sejarahnya dengan adanya Makam Temanggung Jamaluddin, Datuk Kaya Motel serta kisah Meriam Sumbing dimana Daik juga dikenal sebagai negeri para Sultan atau disebut dengan Yang Dipertuan Besar (YDB) yakni Yang Dipertuan Muda (YDM) bermaksiat di Teluk Daik seperti Sultan Mahmud Riayat Syah (SMRS) III (Marhum Masjid), Sultan Abdul Rahman Syah (Marhum Bukit Cengkeh), Sultan Mihammad Syah II (Marhum Kedaton) serta Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II dan Muhammad Yusuf Al Ahmadi (YDM Riau X).
Pemerintah Daerah (Pemda) Lingga, lanjut Nizar merancang rencana besar untuk menjadikan Pulau Mepar menjadi destinasi wisata sejarah dan religi. Hal ini tentunya perlu adanya dukungan dan semangat dari semua pihak baik pelaku budaya maupun masyarakat Desa Mepar sendiri.
“Dengan telah terbentuknya LAM Desa Mepar tentunya menjadi harapan besar bagi pemda agar dapat menjadi motor penggerak untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut menjadi seperti yang diharapkan bersama. (syk/f:tempatwisata.pro)