LP (10/1) – Lionel Messi melakukan semuanya pada 2011, mulai dari yang menakjubkan sampai yang sensasional. Striker brilian milik Barcelona itu membuat para pemberi suara di FIFA Ballon d’Or tak punya pilihan lain kecuali menganugerahkan predikat terbaik untuk kali ketiga beruntun pada Senin (9/ 1) kemarin, dan Messi tampaknya masih bisa meraih lebih.
Dalam kurun beberapa tahun terakhir, pemain lincah Argentina itu memang pantas disebut terhebat. Saking jagonya, Messi tak hanya dibanding-
bandingkan dengan pemain generasinya, seperti pesaingnya di ajang Ballon d’Or kali ini, Xavi — yang juga rekan seklubnya — dan Cristiano Ronaldo, tapi juga dengan pemain- pemain terwahid sepanjang masa. Banyak pengamat yang tak sungkan melabelinya terbaik dalam sejarah sepakbola, bermain untuk tim yang
juga disebut paling atraktif. Klaim tersebut tentunya sulit dijustifikasi. Tak seorang pun yang pernah melihat seluruh pemain terbaik dunia dari setiap era beraksi bersamaan, lagipula amat rumit mengomparasikan sosok berbeda generasi dengan perubahan yang tak terelakkan dalam permainan sepakbola itu sendiri.
Bagaimanapun, dari segi raihan Ballon d’Or , Messi sepertinya bakal melampaui pemain-pemain terdahulu. Kesuksesan di edisi 2011 ini telah membuatnya sejajar dengan Johan Cruyff, Michel Platini, dan Marco van Basten yang sama- sama mengoleksi tiga gelar. Tapi usia Leo baru 24 dan Cruyff berpendapat La Pulga mampu mengklaim enam atau tujuh Bola Emas sebelum gantung sepatu.
Messi mungkin dapat melakukannya, namun tetap komparasi dengan generasi sebelumnya tergolong sukar karena Ballon d’Or awalnya hanya diperuntukkan bagi para pesepakbola Eropa, yang berarti dua legenda Amerika Selatan yang juga banyak digaungkan terbaik sepanjang masa, Diego Maradona dan Pele, tak pernah masuk hitungan. Perdebatan soal ini bakal terus bergulir. Beberapa menyatakan Messi tak akan pernah bisa dipertimbangkan sebagai terbaik sejati sampai dia mengantarkan Argentina berjaya di Piala Dunia, kendati penilaian tersebut tampak kurang fair, sementara yang lain berargumen ia hanya bisa menyuguhkan performa mengilap karena terbantu gelandang-gelandang paten di Camp Nou seperti Xavi, Andres Iniesta, dan sekarang juga ada Cesc Fabregas.
Namun, opini-opini miring tersebut tampak bukan suatu masalah berarti. Leo adalah seorang berjiwa sederhana dan rendah hati yang fokus memenangkan laga buat klub dan negaranya. Ia paham betul bahwa dengan kesuksesan kolektif, barulah pengakuan individual bisa hadir, bukan sebaliknya. “Meraih penghargaan individual menyenangkan,” katanya. “Tapi yang lebih penting bagi saya adalah memenangkan trofi bersama tim.”. Lima dari serangkaian titel kolektif direngkuhnya pada 2011, dengan Barca menjuarai La Liga, Liga Champions, Supercopa de Espana, Piala Super UEFA, serta Piala Dunia Klub, dan sosok kelahiran Rosario itu memainkan peranan kunci. “Tanpa Leo tak satu pun dari gelar tersebut mungkin diraih,” begitu ujar Pep Guardiola.
Sang entrenador Barca itu mengubah posisi Messi menjadi false nine dalam skema trio penyerang, dari situlah dia mampu menghadirkan petaka bagi tim lawan dengan efek yang lebih dahsyat dari sebelumnya. Gol- gol pun rutin dilesakkannya sepanjang 2011. Secara keseluruhan, Messi membukukan enam hat- trick dari total 59 gol di level klub dan internasional, termasuk 55 gol dari 57 laga bersama Barcelona. Selain itu ia pun banyak mengkreasikan assist , juga menyajikan momen-momen yang patut dikenang.
Gol indahnya ke gawang Arsenal di Camp Nou menginspirasikan kemenangan di second leg 16 besar Liga Champions setelah The Catalans dibekuk 2-1 di London, dan aksi solo memikatnya pada semi-final kontra Real Madrid di Santiago Bernabeu, dimana ia memborong dua gol kemenangan, melapangkan jalan Barca menuju partai puncak.
Pada laga final melawan Manchester United, Messi sekali lagi melesakkan gol apik yang turut mengantar Barca menang 3-1 di Wembley. Tak pernah membobol gawang tim asuhan Jose Mourinho? Tak pernah mencetak gol
di Inggris? 2011 menjadi tahun bagi Messi mengubur semua statistik jelek itu, dan ia melakukannya dengan gaya.
Di akhir 2011, Messi berhasil mengulangi pencapaian rekan setimnya, Pedro, pada 2009 dengan mencetak gol di seluruh enam kompetisi level klub yang diikuti. Namun tetap terdapat kekecewaan, Messi lagi- lagi mandul bersama Argentina dan tak mampu menginspirasikan Los Albicelestes menjadi kampiun Copa America di rumah sendiri. Ada pula tangis kegagalan, ketika Barca takluk dari Madrid di final Copa del Rey pada April.
Meski begitu, sisi positif bagi Messi di 2011 amat jauh melebihi yang negatif. Figur berpostur 169 cm ini sukses membungkam rival-rival individual yang sering dikomparasikan dengannya. Ia kembali tampil prima dan berperan membawa Barca mengalahkan Madrid — dan Cristiano Ronaldo — 3-1 di ajang La Liga, Desember lalu, dan menampilkan permainan sensasional dalam kemenangan 4- 0 kontra Santos yang diperkuat Neymar di final PD Klub hanya sepekan berselang.
Sebelumnya pada Agustus Messi menyarangkan tiga gol dan mengirim sepasang assist dalam dua leg Supercopa de Espana menghadapi Madrid yang berujung kemenangan agregat 5- 4 Los Blaugrana. Ia juga menciptakan satu gol dan assist saat
Barca mencaplok Piala Super UEFA dengan membekap FC Porto 2-0 .
Performa istimewa seorang Messi pastinya bakal terpatri di memori suporter Barca dan penikmat sepakbola di seantero jagat untuk waktu lama. Soal kepantasannya disebut terbaik sepanjang masa mungkin masih bisa diperdebatkan, namun pada 2011, penegasannya sebagai yang terhebat di atas lapangan tak terbantahkan. (goal)