Jakarta,LP(1/3) – Bantuan siswa SD yang miskin akan disalurkan lewat Kantor Pos. Bantuan ini diberikan untuk mengantisipasi dampak kenaikan harga BBM agar siswa miskin tetap dapat bersekolah dan tidak perlu sampai putus sekolah. “Besarnya bantuan masih akan dihitung, berapa banyaknya siswa miskin penerima bantuan masih diverifikasi,” kata Menko Kesra Agung Laksono, di Jakarta, Rabu (29/2). Adapun bantuan untuk siswa SMA yang miskin sementara ini direncanakan disalurkan lewat sekolah.
Menurut Agung, bantuan bagi siswa miskin (BSM) ini merupakan empat paket kebijakan untuk mengantisipasi dampak kenaikan harga BBM. Ke empat paket itu adalah bantuan lansung sementara masyarakat, yang bentuknya seperti bantuan langsung tunai (BLT), tambahan beras miskin (raskin), subsidi siswa miskin dan subsidi siswa berprestasi. Besarnya anggaran empat paket bantuan ini sekitar Rp20 triliun hingga Rp30 triliun. “Pola bantuan dan besarnya bantuan masih harus disetujui DPR,”kata Agung. Ia mengatakan, data Kemenko Kesra menunjukkan jumla penduduk miskin dan sangat miskin di Indonesia mencapai 29,9 juta jiwa. Adapun untuk kalangan yang mendekati garis kemiskinan sekitar 30 juta jiwa. Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama, Agus Santoso menjelaskan, saat ini bantuan bagi siswa SD yang miskin Rp360 ribu per tahun per siswa, untuk siswa SMP Rp55 ribu dan untuk siswa SMA Rp780 ribu. “Besarnya bantuan nanti akan dinaikkan,” ujarnya. Dirjen Pendidikan Dasar Kemendiknas dan Kebudaybn Suyanto mengatakan, penyaluran bantuan lewat Kantor Pos karena pelayanannya menjangkau daerah-daerah terpencil.
BSM Belum Menyentuh Seluruh Siswa Miskin. Bantuan untuk siswa miskin ini akan terus digulirkan karena dinilai dapat mengedepankan kepentingan siswa miskin yang ingin bersekolah. Saat ini BSM telah menyentuh 14 persen dari seluruh siswa miskin di Indonesia. Menurut dia, selain cakupan jumlah penerima BSM diperluas, nilai uang yang diterima siswa juga akan terus ditambah. Hal ini sebagai antisipasi pemerintah dalam menghadapi kondisi keluarga yang taraf hidupnya terpengaruh oleh kenaikan harga BBM dan sembilan bahan pokok. “Yang merepotkan itu kita menghadapi orang-orang yang hampir miskin. Kalau miskin atau miskin sekali kan tidak dinamis kalau harga bensin naik yang hampir miskin menjadi miskin,” kata Suyanto.
Diakuinya, memang masih ada kendala terhadap penyaluran BSM, misalnya bantuan tidak mencukupi. Seperti diberitakan, Kemendikbud menggelontorkan Rp3,9 triliun untuk menjalankan program BSM dan Bea Siswa Bidik Misi. Tahun ini anggaran yang tersedia di Kemendikbud memasang target untuk memberikan BSM pada 12 persen siswa miskin. Selanjutnya Kemendikbud juga akan menambah anggaran sebesar Rp2 triliun yang berasal dari APBN P, untuk dapat memperluas cakupan menyentuh 23 persen siswa miskin. (luk,kc)